Rabu, 26 Agustus 2015

Kisah Apel Malang di The Big Apple, New York


Judul Buku    : 9 Summers 10 Autumns
Penulis            : Iwan Setyawan
Penerbit          : PT. Gramedia Pustaka Utama
ISBN                : 978-979-22-6766-2
Tebal Buku    : 221 halaman
Harga              : Rp 47.000,-

            New York city? Emmm…Siapa yang tidak kenal kota yang berada di negeri adidaya, Amerika Serikat, tersebut? Semua orang pasti tahu, bahkan mungkin semua orang bermimpi untuk pergi dan menginjakkan kaki di sana. Namun hanya orang-orang berkantung tebal yang bisa menginjakkan kaki di kota yang dijuluki The Big Apple ini. Tapi tidak dengan Iwan Setyawan (tokoh utama sekaligus penulis novel tersebut), anak kampung seorang supir angkot ini mampu menunjukkan kepada semua orang, bahwa tidak hanya orang-orang berkantong tebal dan latar belakang keluarga yang kaya raya yang bisa ke kota The Big Apple tersebut.

Taken from google

            
Dengan bermodalkan kepintaran dan kerja keras yang tak kenal lelah, kini Iwan berada dan bekerja sebagai direktur perusahaan multi nasional di New York City. Sebelumnya ia tidak pernah mengira bisa berada di kota The Big Apple ini. Tapi sekarang ia bekerja di New York dengan jabatan yang sangat prestisius.

            Ayahnya hanya seorang supir angkot yang bahkan mengingat tanggal lahirnya pun tidak bisa. Dia hanya mengecap pendidikan sampai SMP. Sementara sang ibu tidak tamat sekolah dasar. Begitu miskinnya keluarga ini, sang ayah harus merelakan angkot kesayangannya pindah ke dijual untuk membiayai Iwan kuliah di IPB Bogor. Namun pengorbanan tersebut dibayar tuntas oleh Iwan dengan menjadi mahasiswa lulusan terbaik IPB Bogor.

            Melalui perantara seorang anak kecil berseragam merah putih, Iwan menceritakan kisah hidupnya sewaktu di Batu - kota Malang, bersama keluarganya. Ia menceritakan sulitnya ekonomi keluarganya sampai iktut mengecet boneka kayu untuk mencari tambahan uang.

            Novel ini bercerita tentang kisah hidup dan perjalanan Iwan sampai ke Amerika. Dari kota apel ke The Big Apple. Novel ini juga memberi motivasi dan memuat kisah-kisah inspiratif. Namun ada kekurangan pada novel ini. Yaitu ketika si tokoh utama berdialog dengan anak kecil berseragam merah putih, kata-kata yang digunakan terlalu dewasa untuk seorang anak kecil. Begitu juga ketika anak berseragam merah putih itu ingin meninggalkan si tokoh utama, tidak ada alasan yang cukup kuat kenapa si tokoh utama memohon-mohon tidak wajar pada anak kecil itu agar ia tidak meninggalkannya. Namun demikian, si penulis berhasil membuat pembaca penasaran siapa anak kecil berseragam merah putih tersebut.